Sentilan Thifa (Terbit di Republika)

Anak-anak itu memang ahli membalik kata-kata orang tua. Seperti Thifa yang suka balik menasihati saya persis dengan kalimat yang saya lontarkan ketika menasihati dia. Jadi ingat ya moms and dads, nasihatmu untuk anak-anakmu sesungguhnya adalah nasihatmu untuk dirimu sendiri juga hahaha.

Cerita tentang anak menurut saya sebuah “kisah klasik untuk masa depan”. Sayang dilewatkan begitu saja. Makanya saya suka mengabadikannya lewat tulisan, dan biar menjadi duit, saya coba kirim ke media terlebih dahulu hahaha.

Alhamdulillah cerita tentang Thifa dimuat di Republika Leisure rubrik Buah Hati tanggal 23 September 2014. Ini versi aslinya:

Nasihat Thifa

“Allohuakbar.. Allohuakbar..” adzan Dzuhur berkumandang.

 “Ma, udah adzan, ayo sholat,” Thifa (3,5 th), sulung saya yang sedari tadi asyik main pasaran menghentikan aktivitasnya. Sementara saya masih asyik mengetik di depan komputer dan ayahnya tiduran karena sedang tidak enak badan.

Jujur, saya memang termasuk orang yang seringkali melaksanakan sholat di penghujung waktu. Bahkan setelah punya anak dua sekalipun, kebiasaan ini masih terus berlanjut. Saya memang selalu mengajak anak sholat dan mengajarkan kebiasaan baik lainnya seperti berdoa, mengaji, dan gosok gigi dengan cara mencontohkan terlebih dahulu. Tapi karena saya pikir anak saya masih kecil, belum bisa membaca jam jadi saya santai untuk masalah waktunya. Nantilah kalau anak sudah agak besar saya akan belajar juga sholat di awal waktu untuk memberi contoh yang baik padanya. Haha nanti lagi, saya memang gemar menunda.

Bukannya tidak tahu akan keutamaan sholat lima waktu. Saya sudah sering mendengarnya dari guru, ustad, kawan, bahkan orang tua seringkali menasihati saya akan hal ini. Tapi entah mengapa sulit sekali menghilangkan kebiasaan menunda. Apalagi untuk sholat yang waktunya panjang seperti Isya.

 “Ayo Mah.. sholat,” Thifa mengulang ajakannya. Saya menoleh dan mendapatinya sudah mengenakan mukena juga menggelar sajadah. Subhanalloh…

“Iyaa sayang. Wah Thifa pintar sudah pakai mukena sendiri..” sayapun akhirnya beranjak dari depan komputer. Seandainya bukan Thifa yang mengajak sudah pasti saya akan tetap mengulur-ulur waktu dengan mengatakan nanti, sebentar, atau setelah ini selesai.

Thifa kemudian beralih ke Ayahnya yang masih tiduran, “Ayah.. ayo sholat! Ayah sakit masa enggak sholat, ntar enggak disembuhin Alloh lo!”

Kalau saya yang bicara seperti ini palingan Ayahnya akan menjawab, “Iya, bentar lima menit lagi.”

Tapi kali ini, seperti tersentil dengan nasihat Thifa. Dengan badan yang masih lemas dan jalan sedikit terhuyung, Ayah langsung bangun menuju kamar mandi untuk berwudhu.

Saya kaget bercampur geli mendengar nasihat Thifa tadi. Darimana dia bisa mendapat kalimat seperti itu?

Ah iya saya ingat, saya memang pernah bilang pada Thifa saat ia sakit. “Thifa berdoa sama Alloh, sholat minta diberi kesembuhan.” Nah akhirnya nasihat ini berbalik pada kami berdua orang tuanya.

Seyogyanya sudah kewajiban orangtua mengajarkan hal-hal baik pada anak. Tapi seringkali sebaliknya. Justru anak yang mengingatkan orangtua untuk melakukan hal-hal baik, dan kalau sudah anak yang berbicara kita seperti tak kuasa menolaknya. Terimakasih ya Thifa atas nasihatnya.

dimuat di Republika Leisure Buah Hati terbit tiap Selasa

dimuat di Republika Leisure Buah Hati terbit tiap Selasa

Bagi yang ingin mengirimkan tulisan ke media, bisa baca infonya di info media ini. Sudah saya rangkum alamat, beserta contoh tulisan dan tips menulisnya. Good luck!

13 respons untuk ‘Sentilan Thifa (Terbit di Republika)

  1. saya sebagai ortu juga masih harus banyak belajar dan belajar terus, termasuk belajar dari anak…
    Thifa…semoga selalu jadi penyejuk hati Mama dan Papa yaa… :*

  2. salam kenal. wah, mak jleb jg buat emak2 macam saya yang eeerrr juga suka nunda sholat daan sering kesentil juga sih sama anak. btw ga kepikiran selama ini untuk nulis ke media hihi, oke juga ya untuk dicoba 🙂

Tinggalkan komentar